tak sengaja ku pandang
gambar usangmu, bapak...
Berkacamata dengan tawa khas menghias
Saat itu kau masih muda
Masih hafal ribuan nomor telepon di luar kepala
Baru menikah jarak jauh
Aroma zubadmu begitu sempurna
10 tahun yang lalu
kau datang ke kota ku
menyandang yang nomor satu
Pakai kereta istimewa
Beserta beberapa punggawa
Meski katamu di perjalanan
Hanya sempat makan kedelai rebus semata
Waktu itu kau sudah agak renta
Berbatik, belum memakai kursi roda
Sekarang
Ku baca di situs situs tercela
Mereka begitu mengina
Aaaargh.....
Padahal kini engkau bahagia, Bapak...
Memadu kasih Sang maha diraja